Mataram NTB - Kepolisian Resor Kota Mataram Polda NTB diterjunkan mengawal dan mengamankan tradisi Umat Hindu di Lombok, yaitu perang api atau perang bobok dalam rangka menyambut perayaan Hari Nyepi Tahun Baru Caka 1945 tahun 2023 bertempat di Jalan Utama Patung Tani Negarasakah Timur dan sepanjang Jalan Selaparang, Kecamatan Cakranegara. Selasa, (21/03/2023).
Kegiatan tersebut pasca perayaan pawai ogoh-ogoh yang masuk dalam ritual dengan tema " Melalui Dharma Agama dan Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia Untuk NTB Gemilang dan Indonesia Maju ".
Baca juga:
Laka Lantas Kembali Terjadi di Lombok Tengah
|
Kapolresta Mataram Kombes Pol Mustofa SIK MH mengatakan bahwa kita libatkan 58 personel gabungan Polres, Polsek Sandubaya, TNI Pencalang dan Pam Swakarsa untuk pengamanan antisipasi potensi gangguan keamanan tradisi yang di gelar Umat Hindu dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi ini.
Jadi dari kami wajib mengamankan dan menghimbau bahkan untuk memperkuat pengamanannya, Polresta Mataram dibantu BKO dari Dit Samapta Polda NTB.
“Sebagai koordinator yang akan mengawalnya, dipimpin oleh Kapolsek Sandubaya karena lokasi pelaksanaan masih berada di wilayah pengamanan setempat, ” ujarnya.
Pelaksanaan tradisi Umat Hindu yang merupakan warisan leluhur ini, biasa digelar setiap tahunnya di persimpangan Tugu Tani, seputaran jalan Selaparang, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.
Kapolsek Sandubaya Kompol M. Nasrullah SIK menambahkan saat diwawancarai dalam pergelarannya, perang api ini akan mempertunjukkan aksi antara dua kubu Umat Hindu di wilayah Cakranegara, yaitu antara warga lingkungan Negara Sakah dengan Sweta saling serang menggunakan senjata yang mereka sebut dengan “bobok”. Bobok terbuat dari seikat daun kelapa kering, yang pola ikatannya menyerupai sapu lidi. Daun kelapa kering inilah yang nantinya dibakar dan menjadi senjata utama untuk menyerang lawan.
Menurut kepercayaan Umat hindu, tradisi perang api ini memiliki makna untuk “tolak bala” atau membuang energi negatif yang ada di bumi dari segala bentuk malapetaka. Termasuk juga makna saling serang menggunakan “bobok”, Umat Hindu percaya tradisi itu dapat menyucikan diri dari pengaruh roh jahat.
Baca juga:
Polri Siap Tindak Dugaan Permainan Karantina
|
Sehingga, sebelum menyambut ritual “Nyepi” yang dilaksanakan pada satu hari penuh pada esok harinya, pribadi manusia diyakini benar-benar suci dalam menjalankan perayaan “nyepi” yang jatuh besok Rabu (21/03) mendatang.
Kami batasi, berikan waktu dan imbau berdasarkan kesepakatan antara lain pelaksanaan sekitar 10 s/d 15 menit dengan tiga kali pertempuran dan masing-masing panitia berjumlah 30 bobok.
Disamping itu juga tidak boleh menggunakan bobok luar peserta harus menggu6bobok yang sudah disediakan oleh panitia. Sebelum pelaksanaan perang api kepala lingkungan melakukan pemeriksaan kelengkapan yang akan digunakan dan untuk peserta hanya berjumlah 50 orang. (Adb)